Pages

Banner 468 x 60px

 

Rabu, 12 Desember 2012

KERANGKA DESAIN BELAJAR INTEGRATIF UNTUK ONLINE LEARNING

0 komentar


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Saat  ini  teknologi internet atau  model e-learning mulai dikembangkan dalam proses pembelajaran sehingga kajian, penelitian, dan inovasi pengembangan sangat diperlukan. Hakekat e-learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Sistem ini dapat digunakan dalam pendidikan jarak jauh maupun pendidikan konvensional. Oleh karena itu, mengembangkan model ini tidak sekedar menyajikan materi pelajaran ke dalam internet tetapi perlu dipertimbangkan secara logis dan senantiasa memegang prinsip pembelajaran.
Proses Pembelajaran tersebut  termasuk poses pembelajaran  dilakukan secara terpisah di luar kelas. Maksudnya disini disini berarti antara pendidik dan peserta didik tidak berada dalam satu ruangan yang sama bahkan waktunya pun berbeda. Interaksi pendidik dan peserta didik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, misal dengan melakukan chatting lewat koneksi internet (langsung) maupun dengan berkirim email untuk sekedar mengumpulkan tugas (tidak langsung). Dengan begitu perlu adanya desain pengembangan yang sederhana, personal, cepat, serta unsur hiburan akan menjadikan peserta didik betah belajar di depan internet seolah-olah mereka belajar di dalam kelas.
Saat ini sudah banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkan model pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan konvensional. Namun suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro dan kontra.  Oleh karena itu sangat perlu terus dilakukan kajian, penelitian, dan pengembangan model e-learning. Tulisan ini dimaksudkan untuk mencoba menjelaskan e-learning dan kemungkinan pengembangan modelnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
                                                                                        


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana desain dan pengembangan online learning ?
2.      Apakah model ILDF itu, bagaimana kaitannya dengan konteks sosial kultural serta formal informal ?
3.      Bagaimana tahapan dan kegiatan  untuk online learning khususnya pada model ILDF ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui desain dan pengembangan online learning ?
2.      Mengetahui model ILDF itu, bagaimana kaitannya dengan konteks sosial kultural serta formal informal ?
3.      Mengetahui tahapan  dan kegiatan  untuk online learning pada model ILDF ?


D.     
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Desain dan Pengembangan Online Learning
Nada Dabbagh (2005) mendefinisikan belajar online (online learning) sebagai suatu lingkungan pembelajaran yang bersifat terbuka dan terdistribusi yang menggunakan perangkat (tools) pedagogik, yang dimungkinkan dengan penggunaan teknologi web dan internet, untuk memfasilitasi proses belajar dan konstruksi pengetahuan melalui aksi dan interaksi yang bermakna. Online learning sebagai suatu mode penyampaian informasi harus bisa mensinergikan ketiga komponen utama yaitu strategi pembelajaran, teknologi belajar dan model pedagogis. Ketiganya harus disusun dalam kerangka yang integratif dengan tetap memperhatikan konteks sosial dan kultural.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengembangan program pembelajaran, termasuk yang bersifat online, harus menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan bersifat menyeluruh, karena memiliki karakteristik lingkungan belajar yang khas, sudah barang tentu menyebabkan proses pembelajaran secara online membutuhkan teknik dan strategi pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan strategi pembelajaran konvensional. Meskipun pembelajaran online menjanjikan sejumlah keuntungan, tentunya hal tersebut tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus melalui proses desain dan strategi implementasi yang tepat.
 Bonk dan Reynolds (1997), sebagaimana dikutip oleh Mohammed Ally (2004), mengatakan bahwa untuk mendukung pembelajaran jenis pemikiran tingkat tinggi (high order thinking) melalui web, pembelajaran online harus menyediakan berbagai aktiftas menantang yang memungkinkan pemelajar (learner) mengaitkan informasi baru dan lama, menangkap pengetahuan bermakna, dan menggunakan kemampuan metakognitifnya.
Di sini strategi instruksional, dan bukan sekedar teknologi, memegang peranan penting dalam mempengaruhi kualitas belajar. Lucio Paul Siragosa (2005) dalam disertasi doktoralnya yang berjudul “Identification of Effective Instructional Design Principles and Learning Strategies for Students Studying in Web-based Learning Environment in Higher Education”, mengidentifikasi tujuh area fokus menentukan yang berpengaruh langsung dalam merancang lingkungan belajar online yang efektif. Ketujuh area kunci tersebut adalah:
1) struktur, 2) konten,3) motivasi,4) umpanbalik/bantuan, 5) interaksi, 6) strategi belajar, dan 7) peran pembelajar (instruktur). Selanjutnya, Siragosa mengutip beberapa strategi pembelajaran yang perlu dipertimbangkan untuk diterapkan dalam pengembangan program pembelajaran online, yaitu: Interaksi (interaction), kolaborasi (collaboration), konstruktivisme (contructivism), eksplorasi, proyek online (online project), belajar-berbasis masalah dan studi kasus, belajar dengan pengaturan sendiri, mempertanyakan dan diskusi, Simulasi (simulation), serta penilaian (assessment). Nada Dabbagh (2005), membagi model-model pedagogik, berdasarkan karakteristik pembelajaran yang dimilikinya, menjadi tiga kategori, yaitu: ekploratoris (exploratory), dialogis (dialogic), dan integratif (integrational). Lingkungan belajar eksploratoris adalah lingkungan belajar yang dikembangkan dengan konsep dan teori belajar diskoveri (discovery learning) atau belajar berbasis inkuiri (inquiry-based learning). Lingkungan belajar dialogis adalah lingkungan belajar yang menekankan interaksi sosial melalui dialog dan percakapan. Jadi, lingkungan ini bermaksud membangun pengetahuan baru melalui dialog sebagai sebuah bentuk interaksi. Lingkungan belajar integratif adalah lingkungan belajar yang berlandaskan pada kemampuan dan kapabilitas yang dimiliki oleh teknologi pembuat konten (authoring tools) berbasis web yang ada saat ini.

B.  Model Pengembangan Online Learning  ILDF
Integrative Learning Design Framework (ILDF)
Model pengembangan yang akan digunakan dalam pengembangan program pembelajaran online ini menggunakan model desain dan pengembangan ILDF (Integrative Learning Design Framework) yang dikembangkan oleh Nada Dabbagh (2005). Menurut Dabbagh, model ILDF ini dapat digunakan pada berbagai konteks pembelajaran online, termasuk pengembangan e-course untuk perguruan tinggi, pelatihan di perusahaan (corporate training), komunitas belajar online, ataupun sistem pendukung kinerja elektronis (electronic performance support system). Secara umum, model ILDF ini terdiri dari tiga fase pengembangan, yaitu: fase eksplorasi (exploration), realisasi (enactment), dan evaluasi (evaluation).
Sebuah konstruktivis berbasis desain instruksional model menawarkan suatu proses yang sistematis pengembangan pembelajaran online. Mempertimbangkan pandangan dan masukan dari semua pemain dalam proses desain, pengembangan dan implementasi. Produk akhir-intervensi berdasarkan kebutuhan dan perspektif siswa / peran semua pemain-termasuk pengalaman dan epistemologi pengembang / desainer
Model ini termasuk inovasi dalam disain pembelajaran yang khusus dikembangkan untuk proses belajar masa depan dengan belajar berbasis jaringan, yaitu online-learning atau web-based learning yang mengoptimalkan pemanfaatan teknologi telekomunikasi. Model Dabbagh & Bannan-Ritland adalah contoh model ILDF. Berikut skemanya.


Circular Arrow: EnachmentCircular Arrow: Explorating
 













MODEL DABBAGH & BANNAN-RITLAND (INTEGRATIF LEARNING DESIGN FRAMEWORK)
Manfaat model ILDF, yaitu:
-     Bisa diterapkan untuk penggunaan media digital dan telekomunikasi.
-     Menjangkau karakteristif peserta didik lebih rinci dibandingkan dengan model-model disain pembelajaran lainnya.
-     Jika diterapkan secara murni maka sistem penyampaian atau penyajian materi, menjadi lebih menarik.
-     Menerapkan seluruh komponen disain pembelajaran berbasis KBM lebih jelas.
-     Untuk penerapan di Indonesia sangat berguna karena telah mencantumkan aspek sosial-budaya yang terinci untuk diajdikan masukan dalam model pembelajaran.
Keterbatasan model ini adalah :
-     Karena relatif baru dan ditujukan untuk online learning, maka tidak semua pengajar menyadari adanya model ini.
-     Tidak semua aspek dapat diterapkan untuk KBM terutama terkait dengan teknologi belajar.
-     Penyediaan infrastruktur (ICT) dan perangkat keras relatif masih mahal dan belum terjangkau oleh semua lembaga atau organisasi pendidikan di Indonesia.
C. Tahapan dan  Kegiatan dalam ILDF
ILDF :




Tahapan Eksplorasi
Menyelidiki konteks di mana kegiatan pembelajaran online akan dirancang dan diimplementasikan terdiri dari :
1.      Guru dan kebutuhan peserta didik
2.      Mengajar dan belajar tantangan
3.      Teori dan strategi instruksional yang digunakan (mengidentifikasi masalah / kesenjangan)
4.      Sosial, budaya dan organisasi faktor yang mungkin desain kendala, pengembangan dan implementasi
5.      Desainer percaya, sikap, bias, pengalaman, asumsi, filsafat pendidikan
6.      Literatur review pada TIK yang tersedia, affordances dan model pedagogis dan strategi instruksional mereka mendukung
Tahapan Enachment :
1.      Diinformasikan oleh semua informasi yang dikumpulkan dalam tahap eksplorasi
2.      Pilih alat TIK / s yang terbaik akan mengatasi T & L tantangan Anda (affordances dan model pedagogis dan strategi instruksional mereka mendukung), Desain prototipe / intervensi
Tahapan Evaluasi
1.      Menilai apakah prototipe dirancang / intervensi yang user friendly, berlaku & relevan untuk mengatasi T & L tantangan dan hasil pembelajaran dimaksudkan untuk
2.      Formatif-dilakukan dalam tahap pengembangan prototipe untuk menilai kekuatan dan kelemahan dari prototipe-hasilnya digunakan untuk merevisi / menyempurnakan prototipe instruksi / untuk meningkatkan efektivitas dan daya tarik
a.        pakar ulasan
b.      satu-satu dengan rekan-rekan
c.       kelompok kecil siswa

3.      Sumatif - dilakukan setelah pelaksanaan prototipe untuk mengukur dampak dari prototipe pada pengajaran dan pembelajaran
Tahapan Refection
1. Kritis memikirkan pengalaman Anda lalui dalam seluruh proses merancang prototipe
a.       Model desain
b.      Pelajaran
c.       Kemungkinan aplikasi dari prototype
2. Semua apa yang dipelajari dalam seluruh proses dapat digunakan untuk mendesain ulang intervensi atau intervensi baru lainnya
 (Dabbagh and Bannan-Ritland , 2005)
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dabbagh, Nada. (2005). Online Learning: Concepts, Strategies, and Application. New Jersey. Pearson Education Inc.

Ally, Mohammed. Foundation of Educational Theory for Online Learning dalam “Theori and Practice of Online Learning”, Ediitors: Terry Anderson and Fathi Elloumi, (Athabasca University, 2004)

Botha, Jean at. al. (2005). “Towards Appropriate Methodologies to Research Interactive
Learning: Using a Design Experiment to Assess a Learning Programme for
Complex Thinking” dalam International Journal of Education and Development
using Information and Communication Technology (IJEDICT), Vol.1 Issue 2. p.
105-117.

Nizamia Volume 12, Nomor 1 Tahun 2009 Model-model pengembangan E-learning dalam meningkatkan mutu pendidikan

0 komentar:

Posting Komentar

Materi Teknologi Informasi Semester 5 have fun guys ƪ(˘⌣˘)┐ ƪ(˘⌣˘)ʃ ┌(˘⌣˘)ʃ

ƪ(˘⌣˘)┐ ƪ(˘⌣˘)ʃ ┌(˘⌣˘)ʃ
Erlinaa. Diberdayakan oleh Blogger.

erlinaaa

aaaa

have fun guys

mari belajar

Featured Posts